Beberapa waktu terakhir ini, banyak yang kembali menggunakan pengobatan alami, yang dianggap lebih sedikit efek sampingnya. Di samping itu, mengingat biaya berobat ke dokter yang lumayan mahal bagi sebagian orang, sehingga pengobatan alami ini menjadi alternatif pilihan.
Salah satu yang digunakan sebagai obat alami adalah madu. Seperti
dijelaskan dalam firman Allah di bawah ini.
“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada
lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia,(68) Kemudian makanlah dari segala (macam)
buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.”(69) (QS An Nahl 68-69)
Allah Subhanahu wata’ala telah menetapkan bahwa madu adalah salah
satu obat dan penyembuh penyakit, dengan izin Allah tentunya. Dalam thibbun nabawi, madu digunakan sebagai pengobatan. Seperti yang disebutkan dalam Surat
An Nahl diatas.
Namun, dalam ayat tersebut, baru disebutkan madu sebagai obat.
Bagaimana caranya, tentu harus ada aturannya. Untuk takarannya, komposisinya,
campurannya dan aturan lain.
Saat minum madu untuk mengobati penyakit tertentu, kemudian tidak
merasakan efek apapun, alias penyakitnya tidak mau pergi, jangan lantas
mengatakan madu tidak manjur. Apakah sudah tepat penggunaannya? Kalau belum,
wajar jika tidak merasakan khasiatnya.
Untuk mengetahui seberapa takaran yang tepat, jika yang diminum
madu kemasan, bacalah petunjuknya. Minumlah sesuai anjuran.
Jika madu digunakan untuk suplemen kesehatan atau menjaga stamina,
mungkin seseorang bisa memperkirakan berapa yang dia butuhkan. Namun jika madu
untuk obat, harus konsultasi dengan ahlinya, yaitu dokter.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menekankan perlunya
dosis dan sesuai dengan penyakitnya (indikasi). Beliau berkata,
“Memberikan minum madu dengan
berulang kali menunjukkan mengenai ilmu kedokteran yaitu obat harus sesuai
dosis dan jumlahnya sesuai dengan keadaan penyakitnya.” (Thibbun Nabawi hal 29, Darul Hilal)
Demikian juga penjelasan dari Ibnu hajar Al-Asqalani
rahimahullahu, beliau menjelaskan dengan lebih rinci bahwa obat sesuai dosisnya
dengan umur, kebiasaan, kombinasinya dengan apa saja dan lain-lainnya. Beliau
berkata:
“Seluruh tabib telah sepakat bahwa
pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur,
kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya
tahan fisik…karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika
dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya
berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.” (Fathul Baari 10/169-170, Darul Ma’rifah)
Jadi, jangan beranggapan kalau minum madu pasti akan sembuh, tanpa
memperhatikan takaran yang harus diminum.
Dalam
meminum madu satu orang dengan yang lain berbeda, istilahnya cocok-cocokkan.
Ada yang cocoknya minum madu hutan, baik yang asli atau sudah diolah. Ada juga
yang mengkonsumsi madu ternak. Cocok untuk satu orang, belum tentu cocok untuk
yang lain, karena kondisi setiap orang berbeda.
Untuk
madu ternak, yang biasanya berasal dari bunga multiflora, tergantgung tanaman
yang ada di sekitar peternakan madu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar